Senin, 03 Desember 2012

Tanah subur kopi untuk konservasi

Tanah subur kopi untuk konservasi

Ketika aku mau tanam kopi dilahan yang belum pernah ada kopinya selalu mendapat pengaruh dari orang- orang. Kebanyakan mereka menganggap tidak akan tumbuh, akan dimakan kera atau yang lainnya. Justru pengaruh itu membuat aku ingin selalu mencoba.
Satu tahun yang lalu cerita itu selalu menghantui diriku, aku harus mencoba itu tekadku. Mulailah aku memberi biji kopi yang sudah tua di petani, terus aku semai sendiri. Semua aku mulai dengan istriku sekalian belajar dan merubah dari keluargaku untuk senang dengan tanam menanam.
Kopi yang saya semai juga diminta petani untuk dipindah ke polibag, namun aneh yang dipetani banyak yang mati. Walaupun ditempatku juga ada yang mati tidak begitu banyak dibandingkan dengan tempat petani. Mungkin kurang perawatan kopi di petani, karena mereka belum terbiasa membuat pembibitan kopi.
Desember (gedhene sumber) begitu orang jawa menyebutnya, mulailah aku menanam kopi. Tepatnya tanggal 5 desember 2009, dengan dibantu kakak dan tetangga dekat saya. Belum begitu banyak kopi yang aku tanam, baru 250 batang. Target ku lahan yang akan aku tanami kopi harus 1000 batang, biar investasi lingkungan dan ekonomi bisa nampak 5 tahun kedepan.
Tepatnya 10 Januari 2010, aku kembali melihat perkembangan kopi dilahanku, sekalian membawa 30 batang kopi. Perkembangan kopi sangat mengembirakan, walaupun belum dipupuk kopi yang aku tanam nampak pertumbuhannya baik, ini bukti kalau tanah itu subur walaupun berbatuan.
Keyakinanku semakin bertambah bahwa tanah subur semakin baik kalau dikonservasi dengan kopi, secara tidak langsung dengan kopi akan dapat meningkatkan pendapatan keluarga saya. Sederhana berfikir kopi selamatkan lingkungan dan ekonomi keluarga, mari buktikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar